I promise, i won't call
Lampu taman menjadi saksi bisu kala Dika dan Laila sepakat untuk memutuskan hubungan setelah perdebatan panjang yang tak berujung. Meski Dika berkali-kali meminta untuk memulainya kembali. Namun, kesalahpahaman itu terlalu membekas di hati Laila.
"Jaga diri baik-baik, ya. Setelah ini aku janji bakal menghilang dari kamu, bakal menjauh dari kamu. Ga akan ganggu kamu. Tetap sehat dan tumbuh ya, La. Apapun yang terjadi sama aku. I promise, i won't call". Ucap Dika terakhir kalinya sembari merapikan helai rambut Laila dan menyelipkannya ke belakang telinga.
Dunia Dika berjalan seakan melambat dari biasanya~
Aku capek banget deh, tadi kan temen aku ga masuk kerja seng, masa aku yang harus beresin kerjaannya dia sama atasan aku. Kenapa harus aku, ya seng, kerjaan aku juga kan banyak, heuh.
"I promise, i won't call"
Seng aku tadi pulang kerja terus mampir di kedai kopi langganan kita. Kamu tau kan aku anaknya kopi banget. Tapi, tadi aku pesen matcha kesukaan kamu. Aneh rasanya. Kok kamu bisa suka yaaa hahaha.
"I promise, i won't call"
Seng nanti pulang kerja aku mau main badminton dulu ya, seng sama temen kantor aku, mereka penasaran gabisa ngalahin aku hahaha. Nanti aku kabarin lagi ya, kalo udah selesai.
"I promise, i won't call"
Aku baru selesai baca bukunya Fiersa Besari yang judulnya Konspirasi Alam Semesta, seng. Masa endingnya sedih banget, seng. Padahal Ana Tidae istrinya Juang udah nyaranin supaya ga ikut menjadi sukarelawan korban Gunung Semeru meletus. Tapi, Juang lebih cinta Ibu Pertiwi jadinya dia tetep ikut jadi sukarelawan dan meninggal karena abu vulkanik huhu.
"I promise, i won't call"
Dika gatal sekali, ingin menekan nomor di hpnya dan menceritakan segala hal yang terjadi. Bertukar cerita seperti dulu lagi. Tapi, Dika mengurungkan niatnya—baginya kebahagiaan Laila adalah segalanya. Meskipun ia gagal membuatnya bahagia.
"Apapun yang terjadi, I promise, i won't call". Dika menguatkan hatinya.
~
Komentar
Posting Komentar