Ujungnya
Senyuman kita sore itu mengantarkan senja disinar merahnya yang terakhir. Tawa dan rasa syukur kita menyambut kedatangan bintang-bintang yang siap kita nikmati. Tapi, malam ini semua keindahan itu, tidak berarti apa-apa, hanya ada kesia-sia an.
Perjalanan kita tiba di ujungnya yang mana cerita ini tamat tanpa pernah dibaca sampai habis. Karena kita tau endingnya akan seperti apa. Aku tidak menyalahkan kita atas apa yang terjadi dan beberapa seandainya pun tidak bisa mengubah apapun. Namun, dipertemukan olehmu adalah bentuk syukurku yang paling indah. Denganmu segala apapun terasa nikmat, tawa, canda, segalanya dan denganmu juga jatuh cinta adalah patah hati yang direncanakan.
"Kita sampe di sini, ya" ucapku
"Kenapa?" tanyamu dengan nada sendu sekali
"Tanpa kamu tanya kenapa, seharusnya kamu sudah tau"
"Ya, tapi kenapa?, bukannya kemarin kita sama-sama sepakat untuk tidak masalahkan hal ini?" jawabmu dengan air mata yang mengembang
"Aku bahagia sama kamu, kamu juga bahagia kan sama aku. Kenapa kamu udahin?" Sambungmu dengan tangis yang sudah tak terbendung
"Karin, dengerin aku. Aku bahagia sama kamu, aku tau kita sama-sama bahagia, cuman mau sampe kapan?, kuyakin kita sama-sama gamau jalan di tempat kan?" ucapku yang tidak mampu meredakan isakanmu
"Aku sayang kamu" sambungku menenangkanmu
"Bohong, kalo kamu sayang aku, kamu ga kaya gini" jawabmu dengan tangis yang semakin jadi
"Karin, justru karena aku sayang kamu, aku ngelakuin ini. Aku yakin nanti akan ada orang yang sayang kamu lebih dari aku, yang mengupayakan apapun untuk kamu dan yang paling penting yang seagama. Maafin aku" tutupku sembari mengelus kepalanya
Kau tidak bergeming, ku genggam tanganmu menuju sepeda motorku untuk perjalanan pulang. Di atas sepeda motor tidak terdengar suara apapun terkecuali isakanmu. Tanganmu melingkari perutku lebih erat dari biasanya. Tiba-tiba hujan turun tanpa permisi menyamarkan air mata yang jatuh di pipi.
"Neduh, dulu, yuu. Nanti sakit" ajakku.
Tidak terdengar suara dari bangku penumpang. Akhirnya ku terus melaju dengan melambatkan laju kendaraan dan menikmati momen yang tidak pernah terpikirkan sedikitpun. Hujan tiba di rintiknya yang terakhir, aku berdoa untukmu—semoga Tuhan senantiasa melindungimu di manapun kamu berada. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar