Pahitnya Penolakan
Malam yang panjang, sebungkus rokok menyisakan batangnya yang terakhir. Di ambilnya oleh seorang kawan yang sedang menelan pil pahit setelah menyatakan perasaan yang sesungguhnya dengan sang gebetan yang sudah jalan 4 tahun. Iya, dia ditolak dan sekarang sedang merunduk, meratapi pasalnya alasannya tidak masuk logika berpikirnya.
"Kamu terlalu baik buat aku".
Gila, ga masuk logika bukan?. Apa ada alasan yang lebih menyakitkan dari ini?.
"4 tahun, gua bareng, apapun gua berkorban buat dia. Tenaga, waktu, uang. Apapun yang dia pengen selalu gua usahain. Dia bilang gua terlalu baik. Anjing. Gua lakuin semua buat dia, apa gua harus jahat dulu?".
Saya mendengarkan dengan seksama sambil menghisap rokok yang sudah berada di hisapan yang terakhir. Pasalnya bukan tanpa alasan, sebelum kawan saya ini menyatakan perasaannya dia datang dan bertanya padaku bagaimana sebaiknya dia dan wanita itu. Ya, saya menyuruhnya untuk menyatakan perasaannya—alasannya karena hubungan mereka sudah terlampau lama dan ya 4 tahun bareng, segala apapun tau—masa iya ga bisa satu?. Hari ini pendapat saya diruntuhkan. Dan makin bingung, apasih yang manusia cari sesungguhnya?. Seraya menenangkan saya hanya mampu mengatakan padanya:
"Gapapa, seenggaknya lu jadi tau, kalo bukan lu yang dia pengen, jadi lu ga perlu lagi buang tenaga, waktu, uang lu lagi buat orang yang ga pengen kita ada. Tenangin diri lu dulu, percaya deh nanti ada orang yang ngasih effort kayak lu ngasih ke dia. Kan seru punya pasangan yang saling berjuang bukan paling berjuang".
Sambil tersedu-sedu dia meneteskan air matanya dan untuk mencairkan suasana saya meledeknya
"Jiiii, Dodi nangis Dodi"
"Kagaaaa k****l" balesnya sambil ketawa.
"Dari dulu gua pendem itu gini, gua takut sama dia asing" lanjutnya.
"Ya, terus? Emang lu mau gitu-gitu aja, lu ini laki, lu yang tau mau dibawa kemana arah hubungan lu, kalo dia emang gamau nerima niat baik yang lu kasih. Yaudah, cukup. Percaya Tuhan ngasih lu patah sekarang buat ngelindungin lu dari pengkhianatan yang lebih besar" jawabku.
Dia diam kecurian kata, isakannya semakin menjadi. Dunianya seakan berhenti sejenak. Saya mengusap punggungnya dan mengingatkan.
"Nikmatin prosesnya, galau-galau sekalian, move on dan inget jangan cari cewe lain sebagai pelampiasan, lu punya adik cewe. Balas dendam terbaik itu adalah dengan menjadikan dirilu lebih baik, beuuuhh indah banget itu kata-kata".
Isakannya berhenti dan ia berkata:
"Bismillah, gua pasti bisa"
"Nah gitu dong" tutupku sembari mengambil gelas untuk dibawa pulang. Karena jam di hp sudah menunjukkan pukul 4 pagi dan besok harus beraktivitas seperti biasa.
Komentar
Posting Komentar