Cinta yang sama, Keyakinan yang berbeda
Malam itu, hujan baru mereda, menyisakan aroma tanah yang mewangi dan menghangatkan udara. Aku ingin menikmati kopi dengan kretek memakai cerutu. Kubakar lalu pelan-pelan kuhisap. Di ujung hembusan, ponsel bergetar di samping cangkir kopi.
"Lagi dimana?". Tanpa basa-basi ataupun salam pembuka
"Di bulan?". Jawabku
Seakan mengerti, tiba-tiba dia datang dengan wajah yang dilipat kusut seperti pakaian belum disetrika. "Bulan", ini nama lain dari rumah yang mana hanya orang terdekat saja yang tahu akan hal itu. Belum sempat cerita, kopi yang tengah berproses menurunkan ampasnya ke bawah langsung diseruputnya. Aku tertawa melihat bibirnya yang kayaknya langsung sariawan. Tak lama dia menjelaskan maksud dan tujuannya yang tiba-tiba nelpon dan datang terus menyeruput kopi yang masih panas itu. Dia bercerita ternyata sedang jatuh cinta dengan seseorang yang berbeda keyakinan. Hahahaha. Setelah selesai bercerita kata yang pertama aku ucapkan yaitu "Ahh elah, hidup lagi adem ayemnya lu malah kecintaan sama yang beda agama". Dia tidak bergeming, pikirku ini serius, sudah di tahap yang betulan cinta. Aku tidak menasihati banyak karena belum pernah di posisi itu atau bahkan aku menghindarinya. Dulu kukira yang paling rumit adalah membangun gedung tertinggi Burj Khalifa di Dubai. Karena mulai dari fondasi di atas pasir gurun yang memerlukan berupa tumpukan beton dengan kedalaman lebih dari 50 meter. Desain aerodinamika yang dirancang untuk mengurangi tekanan angin agar tetap stabil ketika ada angin kencang. Material yang dirancang khusus untuk menahan panas ekstrem di tengah padang gurun. Serta sistem teknologi yang canggih untuk memastikan efisiensi dan kenyamanan penghuni. Setelah mendengar ceritanya, aku sadar bahwa ada yang lebih rumit, yaitu; perasaan manusia. Layaknya cinta Rahwana yang gagal dengan Dewi Sinta yang terdengar seperti menyalahkan Tuhan.
"Tuhan, jika cintaku dengan Sinta terlarang, mengapa kau bangun megah di dalam sukmaku". (Rahwana).
Pasalnya Dewi Sinta ini merupakan istri sah dari Sri Rama. Tapi, Rahwana hanya mengikuti jalannya yang hanya ingin menikah dengan titisan Dewi Widawati, yaitu; Dewi Sinta. Alhasil Rahwana memaksakan takdirnya dengan menculik Dewi Sinta dari perasingannya. Siapa sangka atas pemaksaan itu berujung pada kehancuran Kerajaan Alengka yang mewah megah. Agaknya seperti itu melihat cinta beda agama, yang akan berujung pada kehancuran diri masing-masing. Jangan salahkan Tuhan atas perasaan yang tercipta itu. Karena pada dasarnya Tuhan maha baik, kitanya aja yang melawan akal sehat.
Sejauh-jauhnya jarak rumah, sesungguhnya yang paling jauh adalah cinta berbeda rumah ibadah. Dia menggenggam kau menadahnya, cuma untuk ikhlas yang sama. Berat, bukan?. Karena menurutku cinta beda agama itu hanya ada beberapa kemungkinan. Kau harus memilih mengkhianati kekasihmu, mengkhianati Tuhanmu dan yang paling parah meminta kekasihmu untuk mengkhianati Tuhannya. Temanku ini keras kepala sekali, tapi, aku mewajarkan; namanya juga orang jatuh cinta. Otaknya sudah tidak mampu berpikir jernih. Katanya "Kalau Tuhan satu, kenapa kita harus dipisahkan hanya karena menyebutNya dengan sebutan berbeda?". Aku hanya mengingatkan bahwa sudut pandang itu takbisa dipaksa untuk sesuai apa mau kita. Itulah mengapa Tuhan menciptakan keberagaman. Gapapa, ini merupakan bagian perjalanan agar kau mendapatkan pelajaran dan terus tumbuh. Tidak mudah, pelan-pelan; ngopi dulu.
Komentar
Posting Komentar