Revolusi bagian 1
Awal sebuah konflik
April 2024
Revolusi itu berarti ada sesuatu yang ditentang, seperti kebijakan dari penguasa yang merugikan rakyat dan menguntungkan para elit tertentu. Bagaimana jika kita menganggap pikiran buruk kita sebagai penguasa?. Tentu hal yang harus kita lakukan adalah menentangnya dengan melakukan revolusi diri. Revolusi diri dengan menentang pikiran yang menghambat kita untuk berkembang dan mencoba mendapatkan kebahagiaan. Merdeka adalah hak segala manusia, bahkan sejak dalam kandungan pun hak itu sudah milik kita seutuhnya.
Malam kembali datang, menyerang manusia yang baru memulai hari, bagaimana tidak, jam tidurnya sedang terbalik disebabkan karena harus menyelesaikan skripsi. Nokturnal itu bernama Dika. Manusia simpel yang sedikit keras kepala. Keinginannya harus terlaksana bagaimanapun caranya. Manusia keras itu menjadi lemah tak berdaya karena hubungan dengan sang pacar terancam bubar. Ego yang selalu ditinggikan itu membuat hubungannya di tepi jurang. Ia mengetik kata yang seharusnya tidak ia kirim. Kata yang bisa jadi mengakhiri segalanya. Dika bukan tanpa alasan mengetik hal tersebut, seperti hanya ingin mengatakan hal yang sedang ia rasakan karena belakangan ini ia merasa kekasihnya itu berubah. Beberapa sikap yang tidak bisa diterima oleh lelaki tinggi tersebut.
"Yaudah, rasanya juga udah beda, kayak hambar aja". Ketik Dika dari layar ponselnya
Tulisan itu membuat sang gadis mengingat hal yang dulu ia kubur dalam-dalam seakan terlihat lagi di permukaan. Gadis itu trauma dengan kata-kata semacam itu.
"Kayaknya kita udahan aja deh. Aku pernah dapet kata-kata itu dari masalalu aku, dan aku ga nyangka harus mendapatkannya lagi dari kamu". Balas gadis itu cepat.
2 Minggu sebelumnya...
Gadis lembut itu bernama Windzae. Memang 2 minggu terakhir baik Dika maupun Windzae kurang ngobrol. Dika yang biasa bercerita tentang hari-harinya yang walaupun monoton, tetap saja ia pulangkan ke Gadis yang mempunyai lesung pipit itu. Windzae tadinya selalu berantusias mendengar cerita Dika. Namun, kebelakangan ini, entah mengapa setiap Dika bercerita selalu dibalas ala kadarnya. Sebetulnya tidak masalah. Puncaknya ketika sedang berjalan menyusuri lorong parkiran. Dika sedang bercerita dengan sangat serunya. Namun, Windzae tengah asik berkutat di layar ponselnya. Dika diam saja dan mengantarnya pulang. Keheningan mengantarkan mereka menuju rumah Windzae. Sesampainya di rumah Windzae, Dika langsung pamit untuk pulang. Di perjalanan pulang jantungnya berdetak dengan cepat, rasa yang ia tidak tahu itu apa. Perjalanan yang seharusnya menempuh waktu satu jam itu berubah menjadi setengah jam saja. Dika mengebut tidak karuan. Setelah sampai di rumahnya tak lupa Dika memberi kabar bahwa ia sudah sampai.
"Aku sudah sampai". Dika mengabari
"Aku kayak udah gaada energi buat cerita ke kamu, kamu selalu asik bermain ponsel ketika aku lagi cerita". Dika menumpuk pesan
"Dik, maaf. Tapi, ini masalah kerjaan aku". Balas Windzae
Hari berjalan seperti biasanya Dika dengan pekerjaan dan kuliahnya, Windzae dengan pekerjaan dan kuliahnya juga. Komunikasi mereka sedang tidak baik-baik saja. Windzae ini adalah karyawan baru di perusahaan yang bergerak dalam bidang Radio. Ia menjabat sebagai Admin yang merangkap semua jobdesk yang ada. Maka darisitu Dika seperti melihat berbeda Windzae. Tukar cerita yang biasa rutin ia lakukan ketika sudah saling senggang dan tak jarang kadang video call itu sudah tidak pernah ia lakukan. Makanya kata yang seharusnya tidak didengar oleh Windzae itu terketik dengan lantang oleh Dika. Setelah Windzae mengakhiri hubungan, ia juga menjelaskan hal-hal yang belakangan ini terjadi. Mengapa ia membalas pesan selalu lama?, mengapa ia kadang tak fokus mendengarkan cerita dari Dika?.
"Dik, kamu tahu aku baru kerja di sini dan tugasnya itu banyak banget, kadang sampe rumah setelah pulang kerja kan aku harus kuliah dan aku pulang kuliah juga malem. Pulang kuliah kadang aku harus mengurus kerjaan yang belum selesai, makanya aku kadang lama balas pesan kamu dan aku sebetulnya mendengar ceritamu namun maaf karena fokusku memang terbagi karena beberapa karyawan sudah menagih untuk dibayarkan gajinya yang padahal dari atasan aku belum dapat sama sekali." Tulis Windzae
Dika diam kecurian kata, ia menyesal karena telah mengetik kata yang tidak seharusnya. Dika meminta maaf . Dika sadar ia selalu minta dimengerti padahal dia juga kurang baik dalam hal memahami. Tapi, disatu sisi Dika bingung, kenapa dengan kerumitan itu Windzae tidak mengabari, yang padahal Dika tidak banyak menuntut. Baginya, sesibuk apapun yang penting berkabar. Namun, semuanya telah terlambat Windzae seperti sudah mati karena tertusuk dengan kata semacam itu. Akhirnya hubungan mereka harus berakhir di bulan April.
Bersambung,,
Komentar
Posting Komentar