Catatan kecil tentang berkomitmen

    Aku sedang di Kantin seberes selesai kelas malam. Memesan kopi hangat untuk sekadar melarutkan jenuh. Baru sekali ku seruput, seorang kawan sekelas datang, mau curhat katanya. Dikeluarkan sebungkus rokok dari almameter kusutnya, diambilnya sebatang lalu dibakar. Tarikannya tidak bisa berbohong bahwa masalahnya kali ini teramat dalam. Benar saja seberes dikeluarkan asap dari mulutnya ia berkata bahwa baru saja hubungan dengan pacarnya kandas di tengah jalan. Ia kelabakan karena merasa pacarnya yang sekarang mantannya itu merenggut seluruh kebahagiaan dari dunianya. Lalu berkata bahwa ia tidak bisa melanjutkan hidup tanpanya. Aku ingin tertawa mendengarnya, tapi enggak jadi karena menghargainya. Ternyata kawanku ini sudah menyerahkan seluruh dunianya pada mantan kekasihnya. Ironi.

"Emang boleh sebergantung itu?".

    Dulu, aku berpikir bahwa harus mencari pasangan yang bisa saling melengkapi. Tapi, seiring berjalannya waktu ternyata poin pentingnya bukan sekedar saling melengkapi, tapi, saling memantaskan. Berarti, kita tidak boleh sebergantung itu kepada pasangan kita. Karena seharusnya kita sudah cukup kuat untuk menjalani sebuah komitmen. Karena manusia gampang berubah-ubah. Hari ini itu besok lain lagi. Aku sudah pernah diposisi itu dan percayalah menyakitkan rasanya ditinggal seorang diri dengan perasaan sayang sedalam lautan.

    Komitmen berarti komunikasi. Komitmen berarti mengerti. Komitmen berarti mendahulukan kepentingan berdua bukan ego sendiri. Komitmen berarti menyatukan dua kepala yang berbeda pikiran untuk satu tujuan yang sama. Komitmen berarti menerima. Sebelum memutuskan untuk berpaling, coba telaah dulu apa yang membuatmu yakin untuk berkomitmen : bukannya sudah sepakat segala apapun untuk dikomunikasikan?. Sebelum marah-marah karena ego yang terus kau tinggikan keberadaanya, coba telaah lagi dengan pikiran yang jernih : bukankah komitmen diputuskan untuk saling berjuang, mengapa malah saling berperang?.

    Karena itu daripada saling sibuk menyalahkan dan saling merasa benar, lebih baik turunkan sedikit ego lalu komunikasikan bagaimana seharusnya, sampai kita bisa menemukan jalan mana yang seharusnya diambil. Kebanyakan orang hubungannya berakhir karena perbedaan pendapat. Hal yang sepele menurutku, bagi seseorang yang sudah memutuskan untuk berkomitmen. Balik lagi komitmen berarti menerima. Memang, pasangan yang baik takkan menuntut apapun. Tapi, pikirkan baik-baik: ia yang bisa menjadi pasanganmu  mengalami fase yang sulit, waktu yang dikorbankan, pikiran yang dikuras, dilatih hidupnya agar tangguh dan kuat, juga ada keluarga yang melindungi agar tak disakiti dunia. Dan kau tiba-tiba datang menyodorkan "cinta"? cinta memang tidak butuh alasan tapi sebuah komitmen butuh.

    Komitmen tidak akan berjalan baik ketika keduanya tidak bisa saling bekerjasama, yang satu sibuk memperbaiki diri yang satu malah sibuk mencari yang terbaik; yang satu sibuk setia yang lainnya malah sibuk selingkuh. Kau berhak bahagia, maka dari itu teguhkan komitmen pada pasangan yang sama-sama berjuang untuk memerdekakan rasa sakit. Sudahi komitmen dengan pasangan yang terus-menerus menjajah pikiran dan perasaanmu. Karena yang betulan sayang akan selalu membuat kau  merasa aman, nyaman dan pulang. 

Komentar

Postingan Populer