Tentang Aku dan Arunika kesukaanmu

Kutuliskan ini untukmu yang amat menyukai langit "astrophile".  Langit tidaklah sedikit. Di atas sana banyak sekali benda-benda beterbangan mengisi Bumantara setiap harinya. Namun, mereka sedang tidak baik-baik saja sekarang. Meningkatnya polusi yang membuat udara yang kita hirup terasa sesak. Tapi, kau tetap mencintai langit, tidak pernah berubah. Semoga kepadaku juga. Dari keanekaragaman itu, aku ingin menuliskan tentang Arunika, iya. Arunika. Salah satu langit yang berbeda, yang sinarnya mampu membangkitkan semangat, yang cahayanya sangat menghangatkan tubuh dan segalanya yang membuatku selalu bersyukur.

Pagiku kini berbeda. Setiap kali bangun tidur dan membuka ponsel, Arunika sudah menyapa dengan salamnya yang manis dan hangat. Tak lupa akupun membalas ;

 "Selamat pagi, sayang".
 "Jangan lupa sarapan".
 "Semangat hari ini".

Tiga balon percakapan sederhana dengan harapan juga membangun semangatmu untuk menjalani hari.

 "Kamu juga, aku kerja dulu".

Kau pun pamit undur, meninggalkan kolom chat dengan emoticon love yang membuatku merindu. Lalu, Akupun berangkat dengan sepeda motor menuju tempat kerja. Arunika dengan sinarnya sentiasa memeluk ku hingga tubuhku terasa hangat. Kebiasaan buruk yang selalu ingin ku ubah setiap harinya namun belum jua berhasil. Yakni, untuk berangkat lebih awal untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Karena jika sedang sial, aku harus bersusah payah karena terjebak macet dan alhasil masuk terlambat. Sesampainya di sana, aku mengiringi Arunika yang perlahan pamit, sederhana dia mengubah sinar hangatnya menjadi sangat panas dengan perlahan tatkala ingin beranjak meninggalkan bumi. Karena hari itu, tugasnya sudah selesai.

Tibalah kita di jam istirahat, aku istirahat terlebih dahulu pada pukul 12. Sedangkan kau yang tak menentu kadang jam 12, kadang jam setengah 1 tak jarang juga jam 1. Sehingga aku selalu lebih dulu menyapa untuk sekadar mengingatkanmu agar tak lupa mengisi perutmu. Karena tubuhpun perlu energi setelah dipakai bekerja dan juga untuk melanjutkan bekerja. Tak banyak, sekadar;

 "Jangan lupa mam siang yaaa".

Kata yang sebetulnya tak perlu, karena beberapa orang akan makan ketika ia merasa lapar. Tak mengapa sedikit perhatian untukmu dariku agar kau tau aku begitu menyayangimu. Kau telat membalas karena istirahat terlambat, tak mengapa bagiku; aku mengerti mengapa demikian. Jam istirahat yang teramat terasa sangat singkat itupun berakhir. Meninggalkan kantuk karena perut terasa kenyang. 

Sampailah kita di sore hari kau mengabariku setelah selesai pekerjaan, untuk pulang terlebih dahulu dan aku masih melanjutkan tugas. Karena jam kerja kita berbeda, kau pulang  2 jam lebih awal dibanding aku. Dengan sabar kau menungguku untuk membalas pesan. Menyemangatiku lagi dan lagi. Entah bagaimana caranya itu mampu membuat waktu berjalan cepat. 

Swastamita pun sudah hadir, menandakan jam kerja sudah berakhir. Aku bergegas mengemas barang dan beranjak pulang. Tak lupa satu balon percakapan yang aku layangkan untuk meredam khawatirmu;

 "Aku jalan pulang dulu, yaa".
 "Hati-hati". Balasmu.

Sesampainya di rumah aku mengisi perutku dan tak lupa mandi untuk menyegarkan tubuh, juga mengabarimu bahwasanya aku sudah sampai. Pesan demi pesan yang memenuhi kolom chat kita mengantarkan kita kepada gemintang. Langit yang indah. Seakan mengajarkan untuk sentiasa bersyukur atas apapun yang telah terjadi. Swastamita datang hanya sebentar, tapi apa yang ada setelah kepergiannya?. Banyak bintang dalam gelap yang siap untuk kita nikmati. Catatan kecil untukku. Walaupun kau begitu mencintai langit, ada satu benda langit yang kau tak suka. Bulan. Ya, kau tak menyukainya. Tak mengapa aku mengerti, maaf jika sering menyinggung perasaanmu. Hanya kau perlu tau bahwa tak ada maksud apapun ketika aku memposting bulan, hanya saja aku menyukai potretan ku. Setelah kita selesai bertukar cerita haripun ditutup dengan salammu, kali ini Arunika tidak membantu. Hanya kau dan aku. Kita.
 
"Selamat malam, sayang".
 "Semoga mimpi indah".
 "Ilya.".

Arunika tidak berakhir di sini, ia selalu ada setiap harinya mengawali kisah indah yang akan kita lalui kedepannya. Arunika selalu menjadi gerbang untuk kisah kita. Aku tidak bisa menjanjikan apapun, tapi selama aku mampu. Kebahagiaan kita selalu kuusahakan. 

Untukmu Arunikaku..



Komentar

Postingan Populer