Rumit
Perasaan memang sulit ditebak. Awalnya dikira bisa biasa-biasa aja tanpa membawa perasaan. Tapi, makhluk kecil yang bernama hati selalu saja bersikap terburu-buru. Hatiku tidak sepenuhnya kau curi melainkan menyerahkan dirinya sendiri. Mungkin dengan rasa nyaman yang kau berikan, makanya ia berani menyerahkan dirinya padamu.
Berawal dari obrolan ringan setiap hari di layar sentuh, berujung tumbuh perasaan yang tidak pernah aku minta. Perasaan yang semakin lama mekar itu pun hanya bisa dipendam. Sesekali dikeluarkan dengan serangkaian kode-kode. Seandainya dunia fiksi itu ada. Aku ingin mengajakmu kesana. Disana kau akan setuju bersanding denganku tanpa ada berbagai macam peristiwa yang membuat kita semakin kompleks. Bukankah fiksi lebih menyenangkan dibandingkan kenyataan?.
Kita terlalu asik berkubang dalam zona pertemanan, hingga lupa perasaan tidak akan kenyang jika hanya sekedar diberi harapan. Tak jarang kau bercerita soal betapa lelahnya seberes kerja harus langsung siap berkuliah, betapa kau lelah karena tugas yang menumpuk itu, bahkan tak lupa kau bercerita juga tentang pacarmu yang tidak bisa mengertimu. Tenanglah, apapun itu aku mendengarkan.
"Lantas mengapa kau tidak bisa memutuskan untuk pergi bersamaku?"
Betapa aku iri pada lelaki itu yang sewaktu-waktu dapat dengan leluasa melihat mata indahmu itu. Bukan sepertiku yang menyaksikannya secara sembunyi-sembunyi. Jika kau memilihku sedari awal tidak sepatutnya kau menjadikanku juara kedua. Kau sudah dewasa coba ambil keputusan, disini aku tidak akan memaksa. Namun, aku lupa, kau bukan orang yang dengan tegas mengambil keputusan dan juga bukan orang yang dengan tega menyakiti hati seseorang atau bahkan dua orang. Ketahuilah, bagiku, kepastian walaupun menyakitkan jauh lebih baik ketimbang hanya sekedar kau beri harapan.
Waktu harimu memburuk dan kau bercerita kepada pacarmu yang katamu hanya dibalas "apalagi aku" itu, yang malah membuatmu semakin pelik. Disitu ada aku yang selalu mendengarkan segala keluh kesahmu yang membuat harimu kembali membaik. Hingga tanpa sadar atau terbawa suasana kau menyandarkan kepala lelahmu dibahuku. Kau selalu saja berhasil menggetarkan jagat rayaku lagi dan lagi.
"Lantas mengapa kau tidak bisa memutuskan untuk pergi bersamaku?".
Entah seberapa kuat aku mampu bertahan diatas keplin-plananmu itu. Ketahuilah aku tidak akan lelah menyayangimu. Jika nanti aku lelah, mungkin aku hanya lelah menyayangimu secara sembunyi-sembunyi. Saat itu terjadi mungkin memang aku yang sebaiknya mengalah dan melangkah pergi. Pesanku; jangan membohongi hatimu sendiri, sebab itu akan menyakiti dirimu secara perlahan.
Komentar
Posting Komentar