Hati namanya

Hati, ia makhluk yang menyebalkan, ia tidak pernah mengambil pelajaran ketika sudah menyerahkan diri kepada seseorang. Dasar, mau bagaimanapun aku tidak bisa melawan apa kata hati yang tidak pernah salah. Apalagi kau bersikap seolah memiliki rasa yang sama terhadapku. Semakin mantap saja hatiku, padahal belum tentu. 

Hati juga makhluk egois, dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Sudah tau hanya teman, namun terus saja perhatian. Tak mengapa sebetulnya, asalkan jangan berharap lebih. Tapi, ia malah mengharapkan kau memberi perhatian yang sama, menyebalkan. Kan aku yang jadinya menunggu.

"Wahai hati, apakah kau tau jika perhatian tidak dibalas itu menyakitkan?, sudahlah, jangan terlalu dalam mencintai, cukup sewajarnya saja". 

Namun, hati juga makhluk pecicilan yang sulit dinasehati. Ia bergerak kesana-kemari sesuai atas kehendaknya. Lagi dan lagi aku hanya bisa mengikuti kemauan hati sendiri. Karena semakin kuat aku melawan, itu seperti menyakiti diri sendiri. Apalagi aku yang kalau apa-apa pakai hati, jadinya hanya bisa pasrah dan bergerak mengikuti apa kata hati. Padahal sudah berkali-kali diperingatkan agar jangan terlalu pakai hati, agar tak terlalu kecewa ujungnya. Namun, apa daya aku memiliki hati yang ngeyel, tidak bisa diomong, logika saja sampai menggelengkan kepalanya. Mengapa demikian?, karena; kalau sudah lelah memberi perhatian, namun tak berbalas, baru ia mau mendengarkan logika, hahaha dasar.






Komentar

Postingan Populer