Dipukul mundur
Apakah senyum masih menghiasi bibirmu?.Apakah berpura-pura masih menaungi keseharianmu?. Aku harap kau belajar lagi berbahagia. Tenanglah, tak perlu khawatir tentang kabarku, aku masih mencoba untuk baik-baik saja. Menyembunyikan rasa sakit adalah salah satu kemahiranku.
Sudah tau bakal berdarah-darah tatkala aku mencoba menaruh hati di sebelahmu. Tetap saja bersikeras seakan logika tak berfungsi, tak mampu menangkal bahkan mencegah apa yang ingin dilakukan oleh hati. Kurang ajarkah aku menaruh harapan lebih tatkala kau tertawa lepas sebab kekonyolanku?. Yang kuyakin kau mampu melupakan semua masalahmu, sebab mengapa setiap malam dada kau terasa sesak hingga mata coklatmu tak mampu berbohong untuk menyembunyikan rasa sakit. Aku ingin menghapus air mata yang jatuh di pelupuk matamu, hingga binar itu kembali bersinar. Sebelum orang yang menemukanmu lebih dulu membawamu pergi jauh meninggalkanku kedinginan di ujung bumi. Aku terus-terusan menyalahkan waktu. Jika saja aku lebih dulu menemukanmu, tidak akan aku biarkan air mata kesedihan menghiasi pelupuk matamu.
Kalau saja aku mampu mengejar langkahmu agar kita berjalan berdampingan, akan aku hiasi hari-harimu dengan penuh senyuman. Bahkan akan kutemani ketika kau dirundung kesedihan agar kau tau aku pantas untuk kau sandingkan. Jika waktu bisa berbalik aku lebih memilih untuk tidak mengenalmu sebab mengarungi hariku dengan terus menerus memikirkanmu membuatku ingin teriak sekencang-kencangnya. Ingin saja aku menarik jiwaku yang selalu ingin berada disebelahmu agar hatiku berhenti untuk merasakanmu.
Tapi, aku mampu memandangimu dari kejauhan, kuselipkan doa-doa untuk kebahagiaanmu. Aku juga mampu menjadi rumah untuk menunggumu yang tak tahu arah pulang. Sungguh aku mampu merindukanmu tanpa batasan waktu, tanpa alasan tertentu. Sebab kau pantas untuk segala pengorbanan.
Komentar
Posting Komentar