Kembali Asing
Kembali Asing
Dengan beberapa kata yang tertahan. Tak mampu tersampaikan. Karena memang sudah tak memiliki makna. Setelah pertemuan yang membawa aku dan kamu yang hampir menjadi kita itu, sirna sudah. Entah karena aku terlalu takut mengutarakan atau aku tahu aku belum siap mencintai kembali. Kamu pun begitu, belum siap menerima orang baru.
Kita sepasang asing yang sama dipertemukan dengan versi trauma. Sehingga kita tidak bisa saling memiliki. Layaknya lagu yang diciptakan Fiersa Besari yang berjudul Waktu yang salah. Entah mengapa setiap lirik itu, seperti kita. Ya, kita adalah rasa yang tepat diwaktu yang salah. Jika saja aku lebih dulu menemukanmu. Aku dan kamu pasti menjadi kita. Tapi takdir berkata lain.
Maaf.
Bukan maksud aku menghilang dari kamu. Sungguh. Tapi aku mengerti, jika ini diteruskan itu akan menyakitimu. Jadi aku lebih memilih mengakhiri. Kamu pun belum siap mencintai bukan?. Aku pun demikian.
Sesungguhnya aku mau menunggu kita sama-sama siap. Karena hubungan itu akan indah bila yang terjadi adalah saling bukan sekadar yang paling. Tapi kolom chat yang semakin menyingkat, membuat aku gusar. Aku hanya laki-laki biasa, yang tak pandai mencari topik percakapan. Tidak melulu aku kan yang harus memulai percakapan, sesekali kamu bisa kan. Tapi aku paham, perempuan selalu dimenangkan dengan gengsinya sendiri. Sampai pada akhirnya aku kehabisan kata untuk terus melanjutkan chat dan kita tidak mengabari lagi. Padahal keduanya saling menunggu. Ego siapa yang akan dikalahkan. Ternyata kamu lebih dulu mengalahkan egomu. Kamu memulai percakapan. Percakapan yang kembali hangat.
Aku yang sangat yakin kamu tidak akan lagi dingin terhadapku, menaruh harap dengan penuh pertanyaan.
Apakah aku siap mencintai kembali?.
Apakah ia mau membuka hati.?
Dan ternyata segala dugaku salah. Hanya beberapa hari selepas kamu kembali hangat. Akhirnya kamu dingin kembali, membuat aku membeku didinginnya malam. Sampai pada akhirnya aku membiarkan semuanya terjadi. Aku yakin bisa melewati ini. Karena lagi, pada dasarnya aku belum siap untuk mencintai. Aku masih hidup didalam bayang-bayang masa lalu. Masih mengharapkan seseorang kembali lagi. Kamu tidak salah menanyakan bagaimana jika seseorang dari masa lalu itu kembali lagi. Tapi aku berlagak tenang dan menjawab : jika ia balik lagi biarkanlah, aku tidak mau melupakannya begitu keras, aku mau ia mengalir, namun jika akhirnya ia balik lagi tetapi aku tidak memiliki rasa, masa lalu itu bisa apa?. Namun kamu benar. Masa lalu selalu mempunyai tempat yang istimewa dihati.
Aku bisa saja mengutarakan tentang rasa yang sesungguhnya. Tapi, dengan segala petunjuk tentang banyaknya laki-laki yang mendekatimu dan kamu mengatakan masih ingin sendiri di status whatsapp mu itu, mengurungkan niatku. Aku takut jika hanya aku yang siap. Maka dari itu bukan bermaksud aku untuk menyudahi. Tetapi, kita sama-sama tidak ingin terluka untuk kedua kalinya bukan?.
Aku tidak ingin kembali salah dalam mengambil keputusan. Aku belajar dari beberapa hal setelah kehilangannya. Aku terlalu buru-buru mengambil keputusan. Aku salah mengambilnya dikala pikiran penuh amarah. Sehingga ketika pikiran sudah tenang yang tertinggal hanya penyesalan.
Aku tidak mau itu terjadi untuk kedua kalinya maka dari itu aku mengakhirinya. Sekali lagi bukan maksud aku untuk menghilang dari kamu. Aku hanya ingin kita bisa pulih dengan cara masing-masing.
Kita sepasang saling. Yang kini kembali asing.
Komentar
Posting Komentar