Duga

Duga

Aku mengawali pagi dengan secangkir kopi yang terkesan. Cangkir pemberian masa lalu. Mengendus baunya, kunikmati setiap hirupnya. Setidaknya rasa kopiku tidak sepahit kehilangan. Fajar mulai menyingsing. Aku bersiap memulai hari. Ada teman yang sekiranya butuh bantuanku.

"Aku pergi ke rumah temanku ya, ada yang harus dikerjakan".

Satu kalimat yang tersampaikan lewat pesan whatsapp itu sekiranya untuk menenangkanmu. Takut segala dugamu yang kelewat batas. Padahal aku baik-baik saja disini. Tidak melakukan apapun yang ada dikepalamu. Ketahuilah laki-laki kesayanganku, aku tetap aku, aku bukan seperti apa yang ada dipikiranmu. Memang aku tahu kamu takut kehilanganku. Tapi sayang, ini berlebihan, aku dipaksa untuk terus selalu meyakinkanmu.

Tak perlu kamu ajarkan bagaimana seharusnya aku. Tentang cinta mana yang semestinya. Sebab terus memikirkan hal yang belum terjadi itu adalah perkara membuang-buang waktumu. Aku selalu mengerti kamu menyayangiku. Maka dari itu kamu demikian. Tapi, kita sudah terkait, seharusnya kita bisa saling mempercayai bukan?. Jika aku harus melulu hidup didalam bayang-bayang prasangkamu. Aku takut suatu hari jika prasangkamu terus menghantuiku, aku sudah tidak bisa menahannya lagi dan kita berpisah. Sungguh aku tidak mau itu.

Satu yang perlu kamu ingat kekasih, aku selalu tau batas antara aku dengan laki-laki lain. Tentang menjaga hati?. Jangan kamu ragukan itu, aku selalu menjaga hati untuk pasanganku.  Jadi, laki-laki kesayanganku, berhentilah menyuruhku untuk menjadi sepertimu. Aku tahu apa yang sebaiknya aku lakukan. Maka, kamu harus tahu apa yang seharusnya kamu pikirkan. 

Sayang, tolong izinkan aku untuk punya kuasa atas diriku sendiri. 
Aku tetap perempuan biasa yang butuh laki-laki untuk memimpinku. Tapi bukan berarti, semuanya atas maumu. Silahkan memimpin sewajarnya.

Salam. 
Perempuan yang berhak atas dirinya sendiri.


Komentar

Postingan Populer